Khutbah Jum'at: Makna Kesucian ramadhan

Daftar Isi

Menjaga Kesucian Ramadhan dengan Membersihkan Jiwa 

Khutbah Jum'at Makna Kesucian Ramadhan


Khutbah Jum'at kali ini akan menyampaikan tentang makna kesucian ramadhan. dalam kehidupan sehari-hari masyarakat  sering menggunakan kalimat bulan suci terkait dengan bulan ramadhan. maka dalam khutbah singkat ini akan memberikan pemahaman tentang apanya yang suci pada ramadhan dan bagaimana cara kita mensucikan ramadhan.

Khutbah I

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Hadirin sidang  jum’at rahimakumullah

Pada hari ini kita berada di bulan ramadhan 1446 H, tentu patut kita syukuri karena kita masih diperkenankan Allah swt menjumpai ramadhan hingga detik ini. dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyebut bulan ramdhan sebagai bulan suci. maka muncul pertanyaan dalam diri kita mengapa disebut bulan suci? diantara beberapa alasannya yaitu karena bulan ramadhan memiliki keistimewaan spiritual yang sangat tinggi dalam Islam. Beberapa keistimewaannya yaitu pada bulan ramadhan adalah bulan di mana Al-Qur'an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia (QS. Al-Baqarah: 185).

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ١٨٥

Terjemahannya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.Keistimewaan lain yaitu di dalam bulan Ramadhan terdapat malam Lailatul Qadar, yang lebih baik daripada seribu bulan (QS. Al-Qadr: 3). Malam ini penuh dengan keberkahan dan ampunan dari Allah SWT.

Selain itu, Ramadhan juga disebut sebagai bulan pengampunan dosa, bulan ramadhan  adalah bulan yang penuh rahmat, di mana Allah SWT membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi umat-Nya yang bertaubat dan beribadah dengan ikhlas. Hal ini sebagaimana hadits nabi

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ومن قام ليلةَ القَدْرِ إيمانا واحتسابا غُفِرَ له ما تقدَّم مِنْ ذَنْبِهِ

Terjemahannya: “Siapa yang menghidupkan bulan Ramadhan (dengan puasa atau ibadah) dengan iman dan mengharap pahala dari Allah Swt. maka diampuni dosanya yang telah lalu, dan siapa yang menghidupkan (beribadah) malam lailatul qadar dengan iman dan mengharap pahala dari Allah subhanahu wata’ala maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan segala keistimewaan ini, Ramadhan disebut sebagai bulan suci yang penuh dengan rahmat, keberkahan, dan ampunan.

Hadirin sidang  jum’at rahimakumullah

Lantas apakah yang suci pada bulan ramadhan?

Kesucian bulan Ramadhan bukan dalam arti fisik, tetapi lebih kepada makna spiritual dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. kesucian Ramadhan terletak pada nilai-nilai ibadah, spiritualitas, keberkahan, dan kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar dengan hati yang lebih bersih. Menyucikan Ramadhan berarti menjalani bulan ini dengan penuh kesadaran, ketakwaan, dan ibadah yang benar agar benar-benar menjadi bulan suci dalam arti spiritual. Menyucikan ramadhan dengan berusaha menyucikan diri kita sebagai manusia yang tentunya tidak luput dari dosa.

1.        Mensucikan Ramadhan dimulai dengan Niat

Dulu ketika kita masih anak-anak dilatih oleh orang tua kita untuk puasa Entah karena faktor takut dengan orang tua, malu dengan teman sebaya, atau karena ingin hadiah yang dijanjikan ayah atau ibu kita menjadikan kita sudah terlatih melaksanakan puasa. Namun  ketika dewasa atau bahkan tua tidak ada yang memberi hadiah kita seperti dulu, kita bisa menutupi ketidakpuasaan kita untuk menghindari malu dengan masyarakat, dan orang tua kita menjadi tidak kita takuti karena kita merasa sudah besar, sudah dewasa dan seterusnya. Disinilah mulai muncul kesadaran bahwa puasa adalah kewajiban/ketundukan/kecintaan kita sebagai seorang hamba kepada Allah. Jadi niatkan puasa dan ibadah di bulan Ramadhan semata-mata karena Allah SWT, bukan karena hadiah, takut dengan manusia atau sekedar kebiasaan atau karena tekanan sosial. Perbaiki niat kita bahwa puasa merupakan sebagai salah satu usaha kita untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

2.        Mensucikan Ramadhan dengan Penyucian jiwa

Puasa Tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga diri dari perkataan dan perbuatan buruk. Rasulullah SAW bersabda: "Banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan haus." (HR. Ahmad) maka perlunya kita melatih diri kita dibulan ramdhan ini untuk melakukan tazkiyatunnafs.

Ketika berpuasa kita sering mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan buruk kita seperti ghibah (menggunjing), fitnah, dan perkataan kotor, menjaga hati dari iri, dengki, dan kebencian. Kita yang terbiasa atau sering marah dan berkata kasar, ketika puasa mulai belajar untuk menahan dari amarah dan berkata kasar. Kita yang sering membicarakan aib orang lain, ketika puasa mulai dilatih menahan lisan kita. Kita yang semula terbiasa dengan ucapan bohong, ketika puasa belajar menahannya dan berusaha untuk selalu jujur, dan seterusnya. Maka disinilah sebenarnya kita sedang belajar untuk membuang sifat-sifat kotor di dalam diri kita atau diistilahkan oleh Imam ghazali dengan Takhalli; yaitu sifat yang harus ditanamkan dalam diri untuk membersihkan sifat-sifat yang selalu mendukung terhadap nafsu yang akhirnya selalu menjerumuskan kita kepada dosa. Kita berusaha membersihkan diri kita dari maksiat, baik yang bersifat lahir dan yang bersifat batin.

 

Hadirin sidang  jum’at rahimakumullah

Setelah kita belajar menghilangkan atau meninggalkan dari perkara-perkara keburukan atau perilaku tercela, selanjutnya kita isi kehidupan kita di bulan ramadhan dengan perbuatan-perbuatan yang baik. hal ini dalam istilah Imam Ghazali disebut Tahalli;  yaitu cara untuk kembali menyucikan jiwa yang sudah bersih dengan selalu berusaha untuk menjaganya dengan sifat-sifat terpuji, yakni dengan membiasakan diri agar terus melakukan perbuatan yang baik. Nilai-nilai puasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kesabaran, kejujuran, dan kedisiplinan, hal  ini untuk melatih kita bukan hanya selama sebulan, tetapi untuk seterusnya. Pada bulan ramadhan ini biasanya menjadi momentum masyarakat muslim untuk giat dalam melaksanakan amal ibadah seperti shalat sunnah, membaca alqur’an, memperbanyak dzikir, bersedekah, membantu sesama dan lain sebagainya.

Setelah takholli dan tahalli kita lalui, menurut Imam Ghzali aktifitas tazkiyatunnafs dilanjutkan dengan Tajalli. Tajalli ialah seseorang telah tersingkap tabirnya antara dirinya dengan Allah swt. Jika manusia sudah mencapai tahapan ini maka segala yang dilakukan baik itu amal perbuatannya, tingkah lakunya, ucapannya dan lain sebagainya semata-mata diniatkan hanya untuk mencapai cinta dan ridho dari Allah swt. (Siti Mutholingah, 2021).

3.        Menutup Ramadhan dengan yang Baik

Akhir ramadhan, tantangan untuk beribadah seperti awal ramadhan semakin berat. Hari-hari mendekati lebaran biasanya kita sering terlupakan dengan momentum akhir ramadhan. Masyarakat sibuk dengan persiapan lebarannya mulai dari membuat kue, belanja, menghias rumah dan lainnya. Padahal nabi mengajarkan untuk meningkatkan ibadah diakhir ramadhan. Disinilah kita berusaha bagaimana agar tetap mampu untuk mengoptimalkan ibadah hingga akhir Ramadhan, bukan hanya semangat beribadah di awal ramadhan saja. selanjutnya sebagai bulan suci, ketika ramadhan kita diwajibkan membayar zakat fitrah untuk menyucikan jiwa. biasanya waktu pembayaran zakat  sebagian besar masyarakat dilakukan diakhir ramadhan sebagai penutup ramadhan dengan sesuatu yang baik dengan menjalankan salah satu rukun Islam yaitu zakat fitrah.

 

Hadirin sidang  jum’at rahimakumullah

Mari kita jaga kesucian ramadhan ini dengan berusaha membersihkan diri kita baik lahir maupun bathin. dengan cara-cara ini, ramadhan benar-benar menjadi bulan yang suci, penuh berkah, dan membawa perubahan positif bagi diri sendiri dan lingkungan, bukan hanya bulan ramadhan saja, tetapi untuk bulan-bulan selanjutnya. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapat rahmat dan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala sehingga ibadah puasa tahun ini akan dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Amin ya rabbal alamin.

 

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

  اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن

َ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Posting Komentar