Khutbah Jum'at: Kesadaran dalam Berpuasa
Khutbah jum'at: Puasa merupakan salah satu kewajiban yang diperintahkan Allah kepada tiap-tiap muslim. Dalam pelaksanaannya biasanya sudah diajarkan atau dilatih oleh orang tua sejak kita kita masih anak-anak. berbagai motif dalam menjalani ibadah puasa setiap individu berbeda-beda mulai dari kita anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua. maka dalam khutbah ini akan disampaikan kesadaran dalam berpuasa, sebagai renungan kembali sembari muhasabah pada level mana kesadaran kita dalam berpuasa.
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا
سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ
لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام،
وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه،
اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه
وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ:
فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ
الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Takwa adalah sebaik-baik bekal
untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Karena itu, Khatib mengawali khutbah
singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan
ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua
kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Puasa merupakan salah satu rukun
Islam yang wajib dilaksanakan setiap muslim, kita sudah mengetahui dan
menyadari itu sejak kita dididik oleh orang tua kita sejak kita masih kecil.
Entah karena faktor takut dengan orang tua, malu dengan teman sebaya, atau
karena ingin hadiah yang dijanjikan ayah atau ibu kita menjadikan kita sudah
terlatih melaksanakan puasa dan Alhamdulillah bagi yang bertahan hingga
sekarang ini. Namun ada perbedaan ketika kita sudah usia dewasa bahkan sudah
menginjak usia tua, tidak ada yang memberi hadiah kita seperti dulu, kita bisa
menutupi ketidakpuasaan kita untuk menghindari malu dengan masyarakat, dan
orang tua kita menjadi tidak kita takuti karena kita merasa sudah besar, sudah
dewasa dan seterusnya. Padahal bagi orang tua kita yang masih hidup mereka
sangat mengharapkan kita untuk tetap melaksanakan ibadah puasa seperti mereka
ketika mendidik kita dimasa kecil dulu. Maka beruntunglah kita yang masih bisa
melaksanakan kewajiban puasa di bulan ramadhan ini dengan penuh kesadaran bahwa
yang kita laksanakan bagian dari menjalankkan perintah Allah SWT (Q.S.
al-Baqarah:183).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Lantas apakah ketika kita kecil
dulu tidak penuh kesadaran menjalankan puasa? Bukan seperti kesadaran karena
kita mabuk alkohol atau pinsan, tetapi kesadaran akan kehambaan kita kepada
Allah yang siap tunduk dan patuh sebagai “Muslim” untuk menjalankan apa yang
diperintah-Nya. Meskipun dalam pelaksanaannya kita masih memiliki level yang
berbeda-beda antara satu sama lainnya seperti yang diungkapkan Fahrudin faiz
ada 3 level bentuk kesadaran manusia, dimana kesadaran merupakan kemauan kita
untuk menjalani apa yang kita ambil dari pengetahuan. Dan kesadaran itu sendiri
terbagi menjadi Isi, Bentuk, dan Manifestasi . pada isi kesadaran terbagi menjadi
3:
1. Kesadaran Basyariyah
Adalah kesadaran pemenuhan
kebutuhan manusia fisik saja, kebutuhan makan, minum, menikah, berhubungan
dengan orang lain dan lain-lain yang merupakan dari fitrah-fitrah manusia. Kita
boleh memiliki kesadaran basyariyah tapi tidak boleh melampaui batas
karena akan menjadi negatif. Kita butuh makan dan minum tapi ketika berlebihan
maka itu tidak baik, kita membutuhkan seks tapi ketika berlebihan juga tidak
baik. Disisi lain kita tidak diperbolehkan melewati kesadaran basyariyah
ini, misalkan kita mengatakan demi karena Allah kita rela tidak makan, atau
tidak tidur untuk beribadah terus, ini malah tidak basyariyah dan nabi pun
tidak mencontohkan seperti itu. Kita tetap harus melalui kesadaran ini sebagai
manusia basyariyah dan jangan berhenti pada kesadaran basyariyah saja, namun
ini harus dilewati untuk menuju kesadaran selanjutnya. Karena kalau kita
berhenti disini maka kita akan terjebak pada kebutuhan-kebutuhan materi saja
dan tidak mencapai kesadaran ilahiyah. Bukan salah tapi dia tidak memenuhi
kebutuhan utamnya.
2. Kesadaran Insaniyah
Kesadaran Insaniayah sudah masuk dalam
kesadaran kemanusiaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan level basyariyah, karena pada level ini sudah masuk dimensi ilmu, sudah masuk
dimensi budaya, akal budi, peradaban, disinilah manusia berperan sebagai
khalifah dengan segala karakter-karakter yang baik. Tidak hanya sekedar
memenuhi kebutuhan saja. Jadi bagaimana manusia menggunakan akal budinya untuk
mengelola kehidupan, tidak sekedar memenuhi kebutuhannya. Disinilah level dua
dengan keberadaan manusia sebagai khalifah.
3. Kesadaran Ilahiyah
Kesadaran level Ilahiyah Adalah kesadaran yang fokusnya
jiwa kita, orientasinya kita adalah Allah SWT.
Hadirin sidang jum’at rahimakumullah.
Kemudian bentuk dari kesadaran
juga terdapat tiga bentuk, pertama kewajiban; pada tahap kita
menjalankan sesuatu hanya untuk menggugurkan kewajiban, pada level ini semacam
ada peraturan yang dibebankan atau sesuatu yang dipaksakan dan harus kita
lakukan, ini sudah benar tapi rasanya masih jadi beban. kedua kebutuhan,
dimana kita melakukan perbuatan karena kita merasa butuh sesuatu atau pada
level ini kita masih mengharapkan pamrih dari yang dikerjakannya. Ketiga
bentuk cinta; level paling tinggi atau disebut ikhlas, karena Lillahita’ala.
Dalam konteks puasa ramadhan ini mari kita ber-musahabah dimana level kesadaran kita dalam berpuasa? apakah hanya menahan lapar, haus, saja, atau puasa kita menahan diri karena mengharapkan sesuatu. atau puasa kita benar-benar karena Allah sebagai manifestasi kecintaan kita.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ
العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ
تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ
اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن
َ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ
مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا
رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Posting Komentar