Khutbah Idul Fitri: Memaknai Kembali Kemenangan dan Fitrah
Memaknai Kembali Kemenangan dan Fitrah dihari Raya Idul Fitri
Khutbah Idul
Fitri kali ini akan menyampaikan tentang makna kemenangan dan fitrah yang
sering menjadi ucapan umum dalam kehidupan masyarakat saat lebaran. Setelah satu
bulan melaksanakan ibadah puasa ramadhan apakah kita sudah menjadi pemenang? apakah
kita termasuk menjadi orang yang kembali fitrah? Untuk mengetahui jawabannya,
tentu kita harus memahami terlebih dahulu makna dari kedua konsep tersebut.
Khutbah
I
اللهُ أَكْبَرُ – اللهُ أَكْبَرُ – اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ – اللهُ أَكْبَرُ – اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ– اللهُ أَكْبَرُ– اللهُ أَكْبَرُ
الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ للهِ
كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ، لاَإِلهَ إِلاَّاللهُ
وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ
الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلهَ إِلاَّاللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ
مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ
الكاَفِرُوْنَ.
اَلحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَرَّمَ
الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ
لاَإِلهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ . اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ
فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ
وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma'asyiral muslimin wal muslimat
jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Pagi
yang berbahagia ini, marilah kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah
mentakdirkan kita bisa berkumpul bersama keluarga, sahabat, tetangga dalam
keadaan sehat wal afiat. Setelah sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa
ramadhan, dengan lantunan takbir, tahlil, tahmid, yang menggema diseluruh
penjuru yang menandakan berakhirnya bulan ramdahan. saat inilah kita sampai
pada hari yang disebut “kemenangan” oleh banyak orang. Padahal sebutan
kemenangan ini masih perlu kita pertanyakan kembali sebagaimana ungkapan Prof. Quraish Shihab banyak terjadi kekeliruan dikalangan muslimin menyebut hari
ini dengan istilah kemenangan, menang dengan siapa? Apakah menang melawan hawa
nafsu atau setan? Apakah berhenti disisni perjuangan kita dalam berkompetisi
dengan hawa nafsu? Tentu jawabnya “tidak”.
Selama
kita masih hidup tentu perjuangan kita untuk melawan hawa nafsu belum berakhir,
lantas kenapa kita mengungkapkan kata menang sedangkan perjuangan kita belum
selesai. Maka disinilah perlu kita sama-sama mengoreksi kembali ungkapan
kemenagan itu. Jangan sampai kita teledor, setelah ramadhan ini dengan
menganggap sudah menang ternyata masih belum mencapai kemenangan sesungguhnya.
Selama satu bulan kemarin kita menahan diri dari segala yang membatalkan puasa
seperti makan, minum, pada level selanjutnya kita menahan diri kita berbuat
dosa seperti menggunjing, marah, fitnah, dan hal-hal lain yang
merugikan diri kita dan orang lain. selama ramadhan kita juga lebih giat datang
ke masjid, mushollah melaksanakan shalat tarawih, shalat fardhu berjama’ah,
tadarus Qur’an dan lain-lain.
Beberapa
hal tersebut merupakan sebagai rangkaian ibadah yang seyogyanya tidak selesai
ketika ramadhan selesai. Ketika selama sebulan kita lebih rajin dan lebih aktif
beribadah bagaimana kita memperjuangkan agar tetap dilaksanakan dibulan lain
selain ramadhan. Hal inilah yang membuat kalimat menang menjadi pertanyaan
kita, kita belum selesai memperjuangkan itu semua dan masih akan terus berjuang
selama nafas kita masih berhembus. karena nafsu dan setan menyertai manusia
selama hidupnya dan setan telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan
manusia dari arah kiri dan kanan; atas dan bawah menyesatkannya sampai dengan
detik terakhir dari hayat manusia sebagaimana dalam firman Allah SWT:
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ
وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Terjemahnya: Kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat). (QS. al-A’râf [7]: 17).
Banyak kemungkinan-kemungkinan yang masih bisa terjadi,
bisa jadi kita akan menjadi lebih baik atau mungkin juga sebaliknya. Pantaskah
kita mengaku menang jika keluar ramadhan ini masih enggan menegakkan shalat?
pantaskah kita mengaku menang jika keluar ramadhan ini masih mendiamkan atau
tidak bertegur sapa dengan tetangga atau keluarga kita? atau pantaskah kita
mengaku menang jika masih melakukan kerusakan dan menebar kebencian dibumi ini?
Mari kita renungkan sejenak masing-masing dalam diri kita.
Ma'asyiral muslimin wal muslimat
jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Kemenangan
hakiki adalah yang mengantar kepada diraihnya nilai-nilai spiritual, yang tidak
bisa dipisahkan dari fitrah dalam arti kesucian, yang mencakup tiga unsur
pokok, yaitu: Keindahan, Kebenaran, dan Kebaikan. Upaya mencari yang benar
menghasilkan ilmu, melakukan yang baik membuahkan budi, dan mengekspresikan
keindahan melahirkan seni. Karena itu pula, peperangan yang perlu kita
menangkan adalah peperangan melawan aneka keburukan, seperti kebodohan,
kemiskinan, penyakit dan kezaliman. Di zaman modern ini kita berperang bukan
hanya dengan dunia nyata tetapi juga dunia maya. Anak-anak kita, remaja-remaja
kita bahkan kita sendiri sering terlena dan terjebak ke arah negative ketika
asyik dengan smarphone kita. Mulai dari waktu yang tersia-siakan hanya untuk
game, media sosial, dan lain-lain, kemudian hilangnya keharmonisan dalam
pertemuan karena asyik sendiri-sendiri dengan dunia maya nya, dan masih banyak
lagi yang lain-lain.
Kemenangan
hakiki menghasilkan pencerahan akal dan jiwa sekaligus penyerahan diri-raga,
rasa, dan pikir-kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah Q.S.
al-An’am ayat 162 yang kita semua hafal karena kita baca setiap sholat
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Terjemahnya: Katakanlah:
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.
Namun
kita juga perlu mengingat bahwa “kemenangan hakiki tidak dapat diperoleh tanpa
bantuan Allah, baik kemenangan menghadapi nafsu dan setan maupun kemenangan di
bidang politik, militer, atau aktivitas apa pun. Allah menegaskan bahwa,
Kemenangan tidak bersumber, kecuali dari sisi Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha
bijaksana;
وَمَا جَعَلَهُ اللهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ
قُلُوبُكُمْ بِهِ ۗ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ
عِنْدِ ا للهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
Terjemahnya: Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Âli ‘Imrân [3]: 126).
Dalam ayat lain Allah SWT
juga berfirman:
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ
وَلَٰكِنَّ اللهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ
وَلَٰكِنَّ اللهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ
مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Terjemanya: Maka
(yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang
membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi
Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan
untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS.
al-Anfâl [8]: 17).
Ma'asyiral muslimin wal muslimat
jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Menurut
Quraish Shihab sebenarnya pemahaman tentang hari kemenangan ini berawal dari
pemaknaan yang salah dari ucapan minal aidin wal faidzin, karena
seyogyanya ucapan ini dimaknai (semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali.
Adapun, maksud kembali adalah kembali pada fitrah, yakni kesucian atau agama
yang benar. Setelah sebulan penuh kita mengasah dan berlatih melalui puasa dan
rangkaian ibadah lainnya dibulan ramadhan diharapkan kita dapat kembali kepada
fitrah atau kesucian seperti dalam Q.S Ar-Rum: 30 Allah SWT berfirman;
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ
حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Terjemahannya: Maka
hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Para
mufasir yang menafsirkan Fitrah dalam Q.S Ar-Rum ayat 30 diantaranya Al-Qurthubi menafsirkan
fitrah bermakna kesucian, yaitu kesucian jiwa dan rohani, Ibnu Katsir mengartikan
fitrah dengan mengakui ke-Esa-an Allah atau tauhid, al-Thabari mengatakan
bahwa makna fitrah adalah murni atau al-ikhlâş, al-Maraghi mengatakan
bahwa fitrah mengandung arti kecenderungan untuk menerima kebenaran. Sebab
secara fitri, manusia cenderung dan berusaha mencari serta menerima kebenaran
walaupun hanya bersemayam dalam hati kecilnya (sanubari). Adakalanya manusia
telah menemukan kebenaran, namun karena faktor eksogen yang mempengaruhinya,
maka manusia berpaling dari kebenaran yang diperoleh.
Ma'asyiral muslimin wal muslimat
jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Seorang
yang kembali kepada Fitrahnya mendambakan kedamaian untuk dirinya dan orang
lain. Pada akhirnya mengenal sifat-sifat Allah dan mencontohnya sesuai kadar kemampuan manusia.
Untuk itu pada momentum idul fitri ini, mari kita berusaha menggunakan potensi yang diberikan
Allah sejak asal kejadian, kita menghiasi dengan kesucian dan
berusaha meneladani sifat-sifat Allah. Jika Allah memiliki sifat pemaaf mari kita buka hati untuk
saling memaafkan atas kesalahan dan kehilafan keluarga, sahabat, tetangga kita.
Karena pemaafan Allah terbuka lebar bagi siapapun yang bersedia memberi
kebaikan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi dan yang bersedia
memaafkan orang lain. Di sisi lain kembali kepada fitrah manusia dengan
senantiasa meneguhkan tauhid kita dengan tetap meng Esa kan Allah. Marilah kita
berusaha sekuat mungkin untuk memperjuangkan kemenangan hakiki sampai akhir
hayat kita seperti digambarkan di atas. Dan mudah-mudahan kita akan memperoleh
hakikat kemenangan yang sesungguhnya dengan tetap momohon pertolongan Allah.
Akhirnya, Taqabbalallâhu Minna Wa Minkum Minal
Â’idin Wa al-Fâizin. Semoga Allah menerima ibadah dan doa kita dan semoga
kita kembali ke Fithrah Kesucian dan meraih kemenangan abadi dengan hidup
damai di dunia dan di akhirat.Wallahu a'lam Bisshawab
جَعَلَناَ اللهُ وَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah II
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر
الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ
اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ
عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ
إِلاّاَللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ.
الحَمْدُ للهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ
بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلىَ يَوْمِ الْمَحْشَر. أَمَّا بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ
وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ.
فَقاَلَ تَعَالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ
الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ
التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ
اللهُ عَنَّا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ
وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ
قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ.
اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ
الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ
إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ
رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا
حَالُناَ ياَاللهُ لاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ
وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ
المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ
بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ
العَالمَيِنَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ
بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا
رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً
وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ
العاَلمَيِنَ.
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا
اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Posting Komentar