Nasihat Sunan Kalijaga “Ngeli Ananging Ora Keli”
Nasihat Kehidupan dari Sunan Kalijaga: “Ngeli Ananging Ora Keli”
Nasihat sunan kalijaga sampai saat ini masih
sering digunakan sebagai salah satu
referensi dalam kehidupan. Sunan Kalijaga terkenal dengan cara dakwahnya yang
menggunakan pendekatan budaya. Diantaranya melalui pagelaran wayang kulit, kidung-kidung,
beliau memberikan berbagai pesan moral
dengan makna yang mendalam. Salah satu nasihat Sunan Kalijaga yang masih sesuai
dengan kondisi saat ini yaitu “Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora
keli.Uninga sucining gandaning Nabi.”
Anglaras Ilining Banyu
“Anglaras ilining banyu” yang berarti
selaras atau mengikuti atau menyesuaikan dengan aliran air. Maksudnya disini
kita dalam menjalani kehidupan untuk mengikuti atau menyesuaikan dengan perubahan
zaman. Menyesuaikan dengan keadaan dimanapun dan kapanpun seperti air yang
mengalir, peradaban yang terus berkembang diibaratkan seperti aliran air yang
bergerak mengisi ruang-ruang kosong ataupun tepat yang lebih rendah. Peradaban
saat ini yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdampak pada tatanan kehidupan masyarakat, baik sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan lain-lainya. Jadi kita juga harus menyesuaikan dengan peradaban
yang kita hadapi saat ini.
Ngeli Ananging Ora Keli
“Ngeli ananging ora keli” kalau diartikan
secara bahasa berarti “menghanyut” atau “mengarungi” arus air yang mengalir. Jadi
seperti orang yang berada di aliran sungai kemudian mengikuti aliran air tersebut,
namun menghanyut disini dimaknai seseorang yang masih bisa untuk mengontrol atau
mengendalikan dirinya, kapan harus menepi berhenti dan kapan harus melanjutkan
kembali. Dalam konteks kehidupan kata ini berarti ketika menjalani atau
mengarungi kehidupan untuk senantiasa mengikuti perkembangan zaman, secara
sederhana untuk mampu beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan. Misalnya
dalam bidang sosial terjadi banyak
perubahan dalam sistemnya dengan adanya transformasi digital saat ini.
Interaksi antar individu sudah tidak ada sekat lagi dengan batas-batas demografi
dengan adanya komunikasi canggih melalui samrtphone dan internet yang
hampir digunakan seluruh manusia saat ini. Mulai dari orang tua bahkan sampai
anak-anak semuanya sudah tidak asing lagi dengan penggunaan smartphone. Jika
dikaiitkan dengan kata “Ngeli” berarti kita tidak masalah dengan ikut
menggunakan smartphone sebagai
alat atau sarana untuk berkomunikasi atau mencari informasi. Karena
salah satu fungsi teknologi adalah untuk membantu manusia mempermudah
aktifitasnya. Dengan smartphone kita bisa berkomunikasi dengan keluarga,
sahabat atau orang lain yang berada jauh dari kita.
Namun pesan Sunan Kalijaga dilanjutkan dengan
kalimat “ananging ora keli” yang berarti “tetapi jangan hanyut”. Hanyut seperti orang yang
tenggelam terseret arus air sehingga tidak bisa lagi untuk menendalikan
dirinya. Jadi kalau contoh di atas tadi bagaimana smartphone mempermudah
kita dalam berinteraksi sosial dengan jarak jauh. Tetapi jangan samapai kita
terlena dengan mendekatkan keluarga/sahabat yang jauh tetapi di posisi lain
kita menjauhkan yang dekat. Fenomena pada beberapa kasus yang sering terjadi saat
ini ketika orang-orang berkumpul namun tidak terjadi komunikasi yang intens satu
sama lainnya, kalaupun ada kadarnya sangat sedikit sekali. Mereka lebih asik
dengan gawainya masing-masing, ada yang main game, sosial media, dan menjelajahi
berbagai aplikasi lainnya, sehingga yang terjadi malah melemahkan hubungan
sosial. Para remaja dan orang tua banyak yang sudah terpenjara dengan smartphone-nya,
mereka merasa gelisah ketika tidak memegang atau membuka layar smartphone-nya.
aktifitasnya sudah mulai dikendalikan oleh teknologi dan tidak mampu lagi
mengontrol dimana, apa, dan kapan saatnya bermain atau membuka smartphone.
Mulai dari bangun tidur hingga mau tidur kembali tangannya selalu lengket
dengan smartphone-nya, di luar rumah ataupun di kamar, berkumpul
keluarga di ruang tamu, bahkan sampai di WC ada yang tidak mampu menahan untuk
melepas smartphone-nya yang berdampak terhadap perilaku sosialnya. Jadi
ketika sudah terjadi seperti ini, maka bukan lagi “ngeli” atau
beradaptasi namun sudah “keli” hanyut.
Uninga Sucining Gandaning Nabi
Ketika manusia sudah “keli” atau hanyut
maka dampak selanjutnya adalah banyak yang sudah kehilangan budaya luhurnya
karena pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka semua sudah
hanyut dan tenggelam terbawa arus air yang begitu dahsyat sehingga tidak mampu
lagi mengendalikan dirinya. Bukan hanya kehidupan sosial saja, namun juga pada
bidang ekonomi politik, pendidikan dan lain-lainnya mulai tercabut dari akar
nilai luhurnya.
Terakhir kalimat “uninga sucining gandaning
Nabi” sebagai nasihat Sunan Kalijaga untuk mengetahui atau selalu mengingat kesucian
dan harumnya ajaran Nabi Muhammad Saw. Ajaran Nabi Muhammad sebagai Rasul
yang membawa pesan-pesan dari Tuhan untuk
tetap dipegang secara teguh
dimasa kapanpun kita hidup. Firman Allah dan sabda kanjeng Nabi Muhammad
sebagai tali yang harus dipegang seorang muslim agar tetap terjaga dan tidak
hanyut dari derasnya aliran air atau perubahan zaman yang terus bergerak.
Demikian sekilas penjelasan nasihat Sunan Kalijaga
yang masih sangat relvan dengan konteks kehidupan manusia saat ini. Pada
intinya kita dianjurkan untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan dan
kemajuan zaman, namun tetap waspada, jangan sampai terlena dan terbuai dengan
perubahan dan kemajuan tersebut, sehingga kita tetap memiliki prinsip kehidupan yang selaras dengan budaya luhur
kita dan selaras dengan ajaran kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Posting Komentar