Khutbah Jum'at Wudhu dan Hikmahnya

Daftar Isi

 Teks Khutbah Jum'at: Wudhu dan Hikmahnya

Gambar Khutbah Jum'at

Khutbah jum’at kali ini yaitu tentang wudhu dan hikmah dibalik wudhu. Wudhu merupakan salah satu hal yang disyariatkan kepada seorang  muslim yang akan melakukan ibadah-ibadah tertentu.

 

Khutbah  I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.


Hadirin sidang jum’at rahimakullah

Wudhu merupakan salah satu diantara cara untuk menghilangkan hadats, yakni hadats kecil. Wudhu biasanya kita lakukan sebelum melaksanakan ibadah yang mensyaratkan adanya kebersihan dan kesucian dari hadats kecil, seperti shalat, tawaf, membaca alqur’an. Perintah untuk melaksanakan wudhu sebelum shalat terdapat dalam Surat Al-Maidah ayat 6:

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

Terjemahannya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.” (Q.S. Al-Maidah:6)

 

Mengutip pendapat Ar-Razy yang menyatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah thaharah qabla shalat (bersuci sebelum shalat). Karena shalat adalah sebuah pertemuan seorang hamba menghadap dan beribadah kepada Allah Dzat Yang Suci dan mencintai kesucian dan kebersihan. Maka untuk itu, shalat tidak bisa dilaksanakan tanpa bersuci terlebih dahulu. Hal ini senada dengan arti wudhu itu sendiri yang berasal dari kata wadha’ah yang artinya hasan (bagus) dan bahjah (indah). Sedangkan wudhu menurut syara’ didefinisikan sebagai

 اسم لفعل الذي هو استعمال الماء في أعضاء معينة مع النية

(“Sebuah nama untuk menunjukan perkerjaan yang berupa menggunakan air pada anggota-anggota badan tertentu disertai dengan niat”).

 

Hadirin sidang jum’at rahimakullah

Ada sisi yang menarik untuk diperhatikan terkait perintah wudhu dijelaskan secara perinci oleh Allah SWT dalam Alqur’an, sementara jika dibandingkan dengan perintah shalat yang merupakan rukun Islam dan tiang agama ('imad al-din) hanya dicukupkan dengan kalimat pendek: Aqim al-shalah (dirikanlah shalat), sementara tata-cara shalatnya dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Perintah wudhu dijelaskan Allah SWT dalam (QS al-Maidah [5]:6) sudah terinci yaitu apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka cucilah (igsilu) muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan usaplah (imsahu) kepala dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki.

Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui penjelasan secara spesifik anggota badan mana yang harus dibersihkan ketika berwudhu. Bagian mana anggota badan kita yang harus cuci dan mana yang cukup hanya dibasuh. Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya atau pernah mendengar pertanyaan dari yang lainnya mengapa anggota badan itu yang harus dicuci atau dibasuh? Misalkan mengapa muka yang dicuci bukan tempat keluarnya hadats seperti dari qubul/dubur?

Dalam perspektif ilmu fikih, perintah anggota badan yang harus dicuci atau dibasuh merupakan hak prerogatif Allah SWT. Manusia tinggal menjalankan perintah itu tanpa harus mempertanyakan apa dan mengapanya karena dalam ayat itu tidak ada kata yang dapat dipahami sebagai qarinah (petunjuk), hubungan, yang dapat dianalisis untuk memahami sabab, ’illah, dan hikmah syariah. Dengan demikian, ayat wudhu ini adalah murni ta'abbudi.

Namun dalam perspektif tasawuf, mencoba berusaha memahami rahasia-rahasia syari’ah (asrar al-syari'ah) dibalik ayat perintah wudhu yang rinci dan runtut tersebut. Mereka menemukan hikmah dan rahasia wudhu bahwa organ tubuh yang diperintahkan Allah untuk dicuci atau dibasuh ternyata organ tubuh paling sering terlibat di dalam perbuatan dosa.

Misalnya pada bagian kepala yang tersimpul organ tubuh paling sering berdosa, seperti mulut, mata, hidung, dan pendengaran. Dari mulut kita mungkin tak terhitung jumlahnya lagi berapa orang yang pernah menjadi korban dari mulut kita setiap hari? Seperti ucapan bohong, fitnah, membicarakan aib  orang lain, mencaci maki orang lain, janji palsu, sumpah palsu, persaksian palsu, bicara kotor dan masih banyak  yang lainnya. Dari mulut kita juga tidak mampu menghitung lagi berapa jenis makanan dan minuman syubhat atau haram yang masuk ke dalam rongga mulut kita. Dibagian kepala kita juga terdapat mata yang sering menatap atau melihat sesuatu yang tidak dibenarkan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad: al-'ainain zaniyatuhuma al-nadhar (perbuatan zina kedua mata kita ialah memandang sesuatu yang tidak dibenarkan). Pada bagian telinga kita, kira-kira lebih sering mana kita gunakan untuk mendengarkan seruan Ilahi atau seruan nafsu atau setan? Hidung yang digunakan untuk mencium atau menghirup berbagai hal yang tidak dibenarkan. Belum lagi isi kepala kita yang begitu banyak berbagai macam hal yang difikirkan. Seberapa banyak pikiran kotor yang tersimpan dikepala kita? atau memikirkan dan mengkhayalkan hak dan kepunyaan orang lain, mengimajinasikan kesenangan biologis dan sebagainya.

Demikian juga dengan Tangan yang sering juga melakukan dosa. Barang atau hak siapa yang pernah kita ambil? siapa yang pernah dipukul dan dianiaya dengan tangan ini? Atau berapa tanda tangan fiktif yang pernah dilakukan? Sama dengan kaki kita, kira-kira kemana saja melangkah selama ini? Apakah lebih sering kita gunakan ke tempat-tempat yang mulia dan benar atau ke tempat-tempat maksiat atau tercela?

Hadirin sidang jum’at rahimakullah

Pandangan diatas merupakan dari perspektif tasawuf memandang bahwa keseluruhan anggota badan yang dibasuh air wudhu dan tayamum ternyata organ tubuh kita yang paling potensial untuk selalu melakukan dosa. Namun kembali  lagi dalam sudut  pandang fikih bahwa bahwa hukum taharah dalam ilmu fiqih terbagi menjadi dua, yaitu taharah a'iniyyah dan taharah hukmiyyah. Taharah a'iniyyah ini untuk menghilangkan najis a'iniyyah yang memiliki rasa, bau, dan warna. Sedangkan taharah hukmiyyah yaitu penyucian dari tempat sebabnya. Seperti halnya kentut, bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan mahrom, memegang kemaluan, yang secara hukum membatalkan wudhu, maka taharahnya adalah adalah membasuh anggota badan wajib wudhu. Artinya yang disucikan adalah hukumnya.

 

Hikmah wudhu

Hadirin sidang jum’at rahimakullah

Dibalik perintah Allah tentang wudhu terdapat beberapa hikmah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran sekaligus renungan. Diantara hikmah wudhu yaitu:

1.        Mengendalikan Amarah

Prof. Nasaruddin Umar yang mengutip penelitian Profesor Baron Ehrenfels, seorang neurolog dan psikiater yang berasal dari Jerman, dari hasil  penelitiannya ternyata wudhu dapat memengaruhi gelombang otak manusia.“Ketika kita berwudhu, air yang sejuk membantu menurunkan gelombang otak dari beta, yang berada di tingkat tinggi, menuju alpha, yang lebih tenang. Bahkan, jika dilakukan dengan lebih khusyuk lagi, kita bisa mencapai gelombang theta, yang merupakan kondisi ideal untuk mendapatkan inspirasi dan ketenangan batin,” Lebih lanjut, Menurut ilmu neurologi, bagian-bagian tubuh yang dicuci/dibasuh ketika wudhu merupakan pusat saraf yang memengaruhi ketenangan jiwa dan tubuh. Hal ini selaras dengan salah satu sabda Nabi salah satu cara untuk mengendalikan amarah adalah dengan wudhu:

 

اِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالشَّيْطَانُ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَاِنَّمَا يَطْفَاُ بِالْمَاءِ النَّارُ. فَاِذَا غَضَبَ اَحَدُكُمْ فَالْيَتَوَضَاءْ

Terjemahannya: "Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu." (HR. Ahmad dan Abu Daud).

2.        Anggota wudhu akan bercahaya pada hari Kiamat.

Sabda Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa kelak pada Hari Kiamat anggota tubuh yang terkena air wudhu akan bersinar dan menjadi tanda orang yang beriman:

إنَّ أُمَّتي يُدْعَونَ غُرًّا مُحجَّلينَ مِن أثَرِ الوُضوءِ، فمَنِ استطاعَ منكم أنْ يُطيلَ غُرَّتَه فلْيفعَلْ.

Terjemahannya: “Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan wajah, tangan dan kakinya nampak bercahaya karena adanya bekas wudhu. Barangsiapa di antara kalian dapat memperpanjang cahaya tersebut, hendaklah ia melakukannya.”

Dari hadits tersebut kita dapat memahami bahwa yang membedakan antara orang yang beriman dan tidak beriman pada hari kiamat nanti yaitu anggota wudhu orang yang beriman akan bercahaya karena bekas wudhu yang ia lakukan semasa di dunia. Selanjutnya para ulama menyunahkan membasuh anggota wudhu melebihi batas yang diwajibkan. Hal ini dijelaskan oleh Imam An-Nawawi dengan hadis di atas yaitu ketika “diantara kalian memperpanjang cahaya tersebut, hendaklah ia melakukannya.”

Hadirin sidang jum’at rahimakullah

Hikmah wudhu selanjutnya lebih istimewa lagi, ketika seseorang berwudhu dengan sempurna kemudian membaca doa yang setelah wudhu, maka ia diperkenankan untuk memasuki surga dari pintu manapun yang ia kehendaki. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:

مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ - أَوْ فَيُسْبِغُ - الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ. (رواه مسلم(

Terjemahannya: "Tiada seorangpun dari engkau semua yang berwudhu lalu ia menyampaikan yakni menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan:

 أَشْهدُ أَنْ لا إِله إِلاَّ اللَّه وحْدَه لا شَريكَ لهُ، وأَشْهدُ أَنَّ مُحمَّدً عبْدُهُ وَرسُولُه  اللَّهمَّ اجعلني من التَّوابينَ واجعلني منَ المُتطهِّرينَ

(aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang suci [dari dosa]), Melainkan dibukakanlah untuknya pintu syurga yang delapan buah banyaknya. la diperbolehkan masuk dari pintu manapun juga yang dikehendaki olehnya." (HR. Muslim)
Hadirin sidang jum’at rahimakullah

Demikianlah khutbah singkat pada jum’at kali ini. Semoga kita diberikan kekuatan dan hidayah dari Allah Swt untuk dapat melaksanakan wudhu dengan sesempurna mungkin, dan semoga kita dijadikan Allah sebagai hamba yang selalu bertaubat, bersuci, serta dijadikan sebagai hamba yeng termasuk dalam golongan orang soleh. Aamiin ya rabbal  ‘alamin.

 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ، فَيَاعِبَادَ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ   إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ، يٰۤـاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا  

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،  اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ  

 عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Posting Komentar