Cerita Orang Pinter Versi Kang Udin

Daftar Isi

Pebedaan Orang Pinter Versi Kang Udin dan Mbah No

Gambar Versi Wong Pinter




Cerita ini tentang bapak-bapak Arsitektur (Mbah No dan kang Udin) biar keren sedikit walaupun aslinya (pemborong bangunan) di desa yang sedang merenovasi salah satu masjid.  Tiba-tiba berhenti dua orang yang berboncengan mengendarai sepeda motornya menghampiri para pekerja. Salah seorang tersebut yang bernama Pak Bejo turun dari sepeda motor kemudian bertanya;

Pak Bejo: permisi pak mau numpang tanya.

Iya pak ada yang bisa dibantu jawab mbah No yang kebetulan sedang bekerja di bagian bawah.

Pak Bejo: Dimana ya rumah orang pinter di desa ini? Katanya rumahnya dekat dengan masjid?

Mbah No: balik bertanya, namanya siapa pak kalau boleh tau?

Pak Bejo:  wah saya juga nggak tau pak namanya siapa, karena cuma dikasih tau alamatnya di desa ini dekat masjid.

Mbah No: kayaknya nggak ada pak kalau di sekitar sini orang pinter, kebetulam rumah saya juga disekitar sini.

Pak Bejo: emmmm kalau begitu ada nggak pak kira-kira orang pinter di dusun/blok lainnya Desa ini ?

Tiba-tiba kang udin yang baru turun dari atap ikut nimbrung (gabung) karena mendengar percakapan mbah No dengan pak Bejo.

Kang Udin: ada apa mbah No?

Mbah No: ini loo pak Bejo bertanya nyari rumah orang pinter disekitar masjid ini, kan nggak ada to din?

Kang udin: dengan cekatan langsung menunjuk rumah di samping Masjid, itu loh pak rumahnya.

Pak Bejo: serius kang, siapa namanya kalau boleh tau?

Kang udin: namanya bu Sri?

Mbah No: dengan raut wajah terkejut dengan jawaban kang udin dan berbisik, Din jangan ngawor (sembarangan) kamu!

Kang udin: bener to mbah No, bu Sri itu benar orang pinter! Dengan nada agak ngeyel menjawab mbah No.

Mbah No: pinter dari mana?

Kang udin: dia kan guru di sekolah SMA mbah, berarti dia itu orang pinter. kalau nggak pinter nggak mungkin jadi guru, Yoo too...

Mbah No: huss… bukan orang pinter itu maksudnya...

Pak Bejo: sambil senyum-senyum memotong percakapan mbah No dan kang Udin, maaf kang udin maksud saya bukan orang pinter itu, tapi yang bisa nambani (ngobati orang).

Kang udin: dengan lugu langsung menjawab lagi; oww…. ada pak didekat masjid blok dusun 4 di Desa ini kalau itu.

Mbah No jadi penasaran, heeh sopo meneh kui din? (siapa lagi itu din)

Kang udin: pak mantri Sod to mbah, dia tukang nyuntik dan ngasih obat orang yang sakit disitu. Kalau sore sampai malam biasanya rame orang berobat.

Pak Bejo: dalam hatinya menggerutu (weees angel iki)….. dengan menahan sabar lebih ekstra lagi kemudian menjelaskan lagi kepada kang Udin. bukan mantri kang maksud saya orang pinter itu seperti dukun yang bisa tahu masalah ghaib atau mistis.

Kang udin: ooooo…. ngomong dari tadi pak nyari dukun.

Pak Bejo: jadi  gimana pak ada nggak di desa ini?

Kang Udin: kalau denger-denger cerita sepertinya ada pak, tapi rumahnya di dekat masjid yang di dusun/blok 4 itu, bukan masjid ini.

Pak Bejo: dukun ya dia pak?

Kang udin: mirip-mirip sedikit lah pak, katanya dia itu tukang suwok (ngobati orang dengan mantra atau do’a).

Pak Bejo: mungkin itu ya pak yang dimaksud alamat yang dikasih saya?

Kang udin: mungkin saja pak, silahkan cari disitu.

Pak Bejo: ya sudah pak terima kasih banyak. Coba saya cari kesitu dulu. Sambil nge-gas sepeda motornya kemudian pergi.

Mbah no yang masih agak penasaran tanya sama kang udin. Apa bener din ada orang pinter disitu?

Kang udin: wah banyak mbah No kalau orang pinter sekarang ini, pinter ngapusi (bohong), pinter judi slot, pinter korupsi, pinter menggoda rondo (janda) dan lain-lain. Kita saja termasuk orang pinter lo mbah, Pinter masang batu bata, masang atap rumah, masang keramik, pokoknya masalah bangunan (Sambil tertawa terbahak-bahak menjawab mbah No)

Mbah no: seeeehhhhh bocah gemblung…..

smpean kui bener tapi urong pener! sambil kesal meninggalkan kang udin untuk lanjut kerja lagi.

Kang udin yang sendiri juga masih bingung dengan kalimat terakhir mbah no. (Bener tapi urong pener) Apa maksudnya ya? Halaah mboh lah, sepertinya saya sudah bener kok, sambil melangkahkan kaki untuk naik ke atap masjid melanjutkan kerjanya kang udin.

 

Konotasi orang pinter (pintar) di desa saya atau mungkin beberapa wilayah lainnya sudah mengalami pergeseran. Orang pinter bukan untuk yang para insinyur atau bahkan profesor. Orang pinter disandangkan kepada orang-orang yang bisa mengobati orang sakit karena gangguan ghaib atau mistis melalui do’a-do’a atau mantra tertentu. Jadi kalau ada insinyur atau bahkan profesor belum bisa mengobati orang kesurupan (kerasukan) jin, maka perlu studi lagi beberapa SKS (Satuan Kredit Semester) biar bisa disebut “Orang Pinter” (canda putusan premis yang mungkin keliru).

Posting Komentar