Rejeki Talang Banyu
Cerita Rejeki Talang Banyu
Ketika tongkrongan sama teman-teman
di salah satu rumah sambil menikmati kopi dan sedikit gorengan berbicara hangat
tentang banyak hal sambil tertawa melepas beban. Tiba-tiba pembicaraan beralih
agak serius ketika mas andre bertanya,
Andre: Mas saya mau nanya sebenarnya tentang suatu hal ini.
Saya: ooo monggo silahkan gimana mas andre?
Andre: begini lo mas bagaimana sih caranya agar rejeki yang kita dapat
itu bisa disimpan atau dikumpulkan (nabung)?. Karena gaji saya yang terbilang
cukup untuk seorang bujangan tuna asmara
(meminjam bahasanya mas sabarang bagi jomblowan/wati) selalu habis dan nggak
bisa nyantol di dompet.?
Saya: Jadi beralih ke curhat ini mas andre..
Saya terdiam sejenak untuk
menanggapi pertanyaan tersebut sambil tersenyum tak bilangi,
Mas andre sampean itu mendingan cuma
nggak bisa nyimpan, kalau saya bukan nggak bisa nyimpan lagi tapi sering devisit
(ngebon/ngutang) kalau bahasa akuntannya,, suasana tambah geruh
lagi.
Andre: Terus gimana untuk persiapan nikah dan lain-lain kalau gak bisa
berhenti rejeki itu mas? lanjut tanya lagi mas andrenya,
Saya: dengan agak percaya diri saya jawab..ooo itu nanti ada rejeki pas
pasan namanya, maksudnya pas dibutuhkan rejekinya nanti ada (minimal rejeki
dihutangi sama temannya mas andre).
Andre: sambil manggut-mangut seperti agak tidak percaya dengan jawaban
saya sebenarnya.
Biar tambah mangut-mangut lagi
akhirnya saya lanjutkan dengan sedikit cerita pengalaman rejeki saya
Jadi gini lo mas, rejeki itu kalau
pengalaman saya seperti air hujan yang turun ke talang banyu (air), mau
disimpan model celengan dari bambu sampai brangkas yang lengkap dengan kode
kuncinya, atau di bank kalau itu jatah dan waktunya keluar ya nggak bakalan mau
disetop,
Kita ibaratkan air hujan itu adalah
rejeki, dan talang banyu itu adalah wadah rejeki kita.
rejeki kita itu sudah ditakar sama
yang berwewenang (Gusti Allah). Kita itu cuma seperti talang yang berusaha ketiban/kejatuhan
air ketika hujan, kalau pas hujan ada air yang masuk kalau musim kemarau paling
cuma embun pagi yang membasahi talang banyu maka dikuati sabarnya sambil
mengeluh sedikkit nggak apa.
Dan konsep talang banyu itu semakin
deras air hujannya yang jatuh, maka semakin banyak air yang mengalir keluar, artinya
disitu mungkin ada hak orang lain yang rejekinya dititipkan melalui kita,
istilahnya numpang lewat. Perlu kita
sadari bahwa air di talang banyu suatu saat pasti airnya juga akan habis, entah
itu cepat atau lambat. Kalau yang lambat mungkin talangnya cukup besar sehingga
habisnya lama, kalau yang talang banyu nya kecil, hujannya berhenti maka air
ditalang juga langsung habis (ini model rejeki kiita kayaknya mas andre),
Dengan penasaran mas andre
lanjut bertanya lagi,
Andre: Lo mas, buktinya itu banyak orang yang bisa nabung sampai banyak?
kenapa rejeki dia nggak habis itu?
Saya: Kalau yang bisa nabung banyak itu pasti nanti juga akan habis,
kalau bukan rjekinya yang keluar/habis maka orang tersebut yang akan
meninggalkannya, jadi habis juga kan uangnya entah untuk dibagi atau untuk rebutan
anak cucunya (seperti tembang jawa padang mbulan)..hahaha sambil bercanda.
Karena masih penasaran mas andre
usul lebih lanjut,
Andre: Mas kalau begitu bisa nggak saya usul jadi bak/ember besar saja
biar airnya berhenti?
Saya: waaah repot sampean ngusul jadi bak/ember kalau bukan jatahnya, nanti
malah jadi tempat pemandian orang, kalau yang mandi anak kecil nggak papa, atau
cewek cantik sampean seneng, kalau yang mandi simbah-simbah atau orang penyakitan
malah lari nanti sampean…tertawa lepas temannya yang lainnya..
Orang yang rejekinya seperti bak/ember
besar wadah air juga sama mas andre, kalaupun isinya penuh suatu saat ember/bak
tersebut usang dan bocor atau pecah maka airnya juga akan mengalir keluar.
Dalam konteks rejeki yang berupa
uang tersebut, sepintar apapun menyimpan kalau waktunya mengalir/keluar juga
akan keluar, bisa keluar ke bengkel motor, rumah sakit, atau ke warung kopi mbak
yem yang glowing (sambil tertawa).
Saya: nek dawuhe kanjeng Nabi bahwa harta kita yang
sesungguhnya cuma ada tiga (3) yaitu “apa yang kita makan, apa yang kita pakai
sampai usang, dan apa yang kita berikan (sedekahkan) kepada orang” selain itu
masih ada kemungkinan menjadi milik orang.
Apa yang kita makan dan yang kita
pakai sifatnya juga sementara, makanan
yang masuk ke tubuh kita akan dicerna tubuh kita menjadi energi dan durasi
waktu tertentu akan hilang, pakaian yang kita kenakan juga sama, lama-lama akan
rapuh dan usang. yang kita berikan (sedekah/infak) akan bernilai jariyah
kita dan nilainya lebih lama. Itu sebenarnya harta kita cuma tiga jarene
kanjeng Nabi
Sebanyak apapun makanan yang kita
miliki, sehari paling banyak kita makan 3-4 hari sekali, dan yang lainnya sudah
tidak tertampung lagi dilambung kita. Kalau terlalu banyak tidak termakan
akhirnya basi dibuang atau jadi rejekinya ayam. Pakaian sebanyak apapun
dilemari yang kita pakai cuma satu setel. Masak pakai baju sama celana sampai 5
rangkap malah nanti disangka orang gemblung kita. Yang tersimpan dilemari bisa
saja belum sempat kita pakai sudah ditinggal ke alam lain dan akhirnya dipakai
orang
Terus harta kita yang lainnya kemana?
Harta lainnya yang belum kita makan,
dan belum dipakai akan kita tinggalkan semua yang dikumpulkan ketika kita
meninggal. kepemilikannya sudah berpindah ke ahli waris atau orang lain.
Andre: waahhh seperti ustas sampean
ya sekarang mas
Saya: hooooo ojo sembrono ustas itu
ada capnya sendiri saya nggak masuk kriteria.. hahaha (tertawa bersama) Sambil
nyruput kopi lanjut nyalakan korek api…..
Posting Komentar