Menepis Ratapan Kegagalan Dengan Trikotomi Kendali

Daftar Isi

 Menepis Ratapan Kegagalan Dengan Trikotomi Kendali (Filsafat Stoikisme)



Tulisan ini hasil rangkuman dari bagian salah satu buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Di bagian bab buku tersebut dijelaskan bagaimana kita memisahkan hal-hal yang bisa kita kendalikan dan hal-hal yang di luar kendali kita sebagai upaya agar manusia tetap mampu memberikan makna dalam hidup meski mengalami berbagai kesulitan.

Dikotomi atau memisahkan hal-hal yang ada dalam kendali kita dengan yang tidak serta fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan, menurut pandangan filsuf stoa akan mampu membuat seseorang terbantu dalam melalui masa tersulit sekalipun. Karena sikap dan persepsi kita ada sepenuhnya dibawah kendali kita. Namun apakah cukup hanya memisahkan dua (dikotomi) kendali tersebut akan mampu mengatasi kegelisahan dari berbagai problem dan apakah tidak diperlukan lagi berupaya dan berusaha keras?

Pertanyaan tersebut selanjutnya direpon oleh William Irvine dengan merevisi dikotomi kendali menjadi trikotomi (tiga) kendali sebagaimana berikut:

  1. Hal-hal yang bisa kita kendalikan seperti opini, persepsi dan pertimbangan kita sendiri.
  2. Hal-hal yang tidak bisa kendalikan seperti cuaca, opini dan tindakan orang lain
  3. Hal-hal sebagian yang bisa kita kendalikan dengan cara memisahkan sebagian tujuan dalam diri  (internal goal) dari hasil eksternalnya (outcome-nya).

Apa saja yang layak menjadi perhatian kita dan selanjutnya memisahkan dari hal-hal yang tidak layak menjdai sumber kekhawatiran kita. (William Irvine, filosofi teras: 66)

Sebagai contoh: seseorang yang akan mengikuti tes CPNS atau P3K sekarang (yang masih menjadi impian para honorer diberbagai instansi termasuk sebagian besar sarjana-sarjana baru). Lulus menjadi PNS/P3K itu bukan di bawah kendali kita karena itu outcome. Karena banyak faktor di luar yang mempengaruhinya bisa saingan yang lebih pintar banyak, tiba-tiba kita mendadak sakit, atau kendala teknis saat ujian seperti komputer eror, jaringan internet macet dan lain-lain. Namun ada yang menjadi bagian dari kendali kita dalam mengikuti tes tersebut seperti belajar dengan rajin atau bahkan ikut kursus privat agar maksimal menjawab soal ujian, mengikuti tahapan-tahapn ujian, Maka menurut trikotomi kendali, kita dianjurkan memisahkan hasil (outcome) dan internal goal (target dalam diri kita).

Internal goal dalam contoh tersebut adalah belajar dengan rajin yang berkaitan dengan soal-soal tes ujian, mengikuti kursus/bimbingan tes, mengikuti tahapan ujian. Ketika kita sudah maksimal berupaya dalam hal-hal yang dalam kendali kita ini, lulus PNS/P3K adalah outcome nya yang berada di luar kendali kita. Jadi ketika kita menjadi stres dan khawatir mengenai hasilnya, maka dianggap tidak rasional.

Lebih lanjut dalam buku Henry Manampiring menyampaikan bahwa dalam kategori ini pada umumnya “semakin baik kita melakukan internal goal-nya maka peluang mendapatkan hasil/outcome apa yang kita impikan akan semakin besar”. Namun sekali lagi bahwa hasil/outcome itu berada di luar kendali, dan jika pada kenyataanya ternyata gagal kita tidak perlu berlarut-larut meratapi kegagalan dengan lama. Karena kita sudah melakukan internal goal itu dengan maksimal melalui berbagai persiapan-persiapan.

Manfaat Trikotomi Kendali:

  • Kita bisa memfokuskan energy dan kebahagiaan kita untuk hal-hal yang berada dibawah kendali kita. Kalau  kita cepat sadar berapa banyak energy yang kita keluarkan jika memikirkan terhadap hal-hal yang tidak bisa kita capai yang sejatinya itu diluar kendali kita.

Sebagian besar dari kita akan menguras habis energy untuk menghilangkan rasa kesal atas harapan yang tidak pernah tercapai. Ada yang melampiaskan dengan minuman, obat-obatan yang bisa menghilangkan gelisah sementara. Namun sebaiknya kita bisa mencari sesuatu yang membuat kita bahagia dan kita lakukan hal tersebut sebagai obat untuk diri kita.

  • Outcome yang tidak tercapai tidak akan terlalu membuat terpuruk jika kita bisa memfokuskan pada internal goal kita. Hampir sama denga konsep manusia hanya berusah Tuhan lah yang menentukannya.

Banyak diantara kita yang lebih fokus pada harapan yang kita inginkan dan melupakan internal goal kita sendiri. Bagaimana kita menikmati indahnya proses kita dengan memaksimalkan internal goal, walaupun belum bisa mencapai outcome-nya. Disinilah kita sering terjebak dengan keterpurukan yang tak pernah berhenti dan akan terus menerus menyesalinya.

  • Menumbuhkan kerendahan hati bahwa outcome itu bukan kendali kita. Jika kita sukses kita juga akan sadar bahwa banyak faktor luar yang turut mempengaruhi dari kesuksesan kita.

Jika kita kaitkan dengan konsep takdir dalam Islam, kita sering mengenal dengan istilah qodariyah, jabariyah, yang dianggap saling bertentangan. Namun penulis melihat seperti ada kesamaan dengan trikotomi kendali di atas. Bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam berbuat dan tidak sepenuhnya bebas. Jika kita pasrah dan tidak berusaha sama sekali memaksimalkan internal goal kita maka kita sama seperti faham jabariyah, atau sebaliknya jika kita merasa bebas dan dapat menentukan sendiri hasil/outcomenya maka kita seperti faham qodariyah. Dan penengah dari faham tersebut yang sering disebut sebagai As’ariyah dimana manusia tetap wajib berusaha namun hasilnya tetap tunduk pada ketentuan Tuhan. Maka cukup dengan sudut pandang yang bijaksana agar kita tidak selalu menyalahkan Tuhan dengan berbagai kegagalan yang kita alami dan tidak pula terlalu sombong dengan segala keberhasilan yang kita capai. Bagaimana kita melihat itu sebagai proses yang seimbang untuk tetap semangat berusaha dan tunduk apaun hasilnya yang merupakan bagian dari ketetapan-NYA.

Cara/metode di atas bisa kita implementasikan dalam setiap aktivitas kita sehari-hari, mulai dari pekerjaan, pendidikan dan lain sebagainya. Pada akhirnya kita akan sadar bahwa kita hanyalah sebagai makhluk yang berusaha dan terus berjuang untuk menyikapai berbagai problem yang terus berdatangan.

 

Wallaahua’lam Bissh shawaab


Posting Komentar