Khutbah Jum’at: Menyikapi Takdir Allah

Daftar Isi

 Teks Khutbah Jum’at: Menyikapi Takdir Allah (Qada dan Qadar)

Khutbah jum’at kali ini berkaitan dengan bagaimana kita menyikapi takdir Allah agar ketika mengalami kegagalan, menerima ujian atau tertimpa musibah kita bisa tetap menerima tanpa harus menyalahkan Allah.


Khutbah I

 

 الحَمْدُ للهِ الّذِي خَلَقَ الخَلْقَ لِعِبَادَتِهِ، وَأَمْرُهُمْ بِتَوْحِيْدِهِ وَطَاعَتِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَكْمَلُ الخَلْقِ عُبُودِيَّةً للهِ، وَأَعْظَمَهُمْ طَاعَةً لَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

 

Hadirin sidang jum’at rohimakumullah

Secara umum iman difahami sebagai sesuatu yang terdiri dari tiga unsur, yakni at-tashdîqu bil qalbi atau membenarkan dengan hati, at-taqrîr bil lisâni mengikrarkan dengan lisan, lalu al-‘amalu bil arkân atau mengamalkan dengan anggota badan. Diantara hadits yang berkenaan dengan iman yaitu:

أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ ، قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Artinya: “Kabarkan kepadaku (wahai Rasulullah) apa itu iman?” Nabi menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, serta takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR Tirmidzi)

Dari hadits salah satu rukun iman yang wajib untuk dipegang teguh oleh manusia sampai akhir hayatnya adalah iman kepada takdir Allah. Takdir Allah adalah suatu ketetapan dan keputusan Allah SWT yang sudah ada sejak manusia masih di dalam kandungan. Dalam Islam, takdir Allah disebut juga istilah qada, dan qadar.

Takdir Allah merupakan sebuah sebutan atas pengetahuan Allah SWT yang meliputi seluruh alam. Allah SWT menulis segala peristiwa yang terjadi baik kepada manusia. Dalam Islam sendiri, takdir Allah disebut dengan istilah qada dan qadar. Qada bermakna kehendak Allah SWT yang wujudnya sejak awal berkaitan dengan segala hal yang akan terjadi dari yang terkecil hingga terbesar. Sedangkan qadar adalah perwujudan dari Allah yang mencakup hal-hal oleh qada (Simanjuntak dkk., 2024).. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Al-Qamar ayat 49:

اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ

artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (Q.S. Al-Qamar:49).

Hadirin sidang jum’at rohimakumullah

Dalam menjalani hidup sehari-hari tentu kita mengalami banyak hal-hal yang menimpa kita. Terkadang kita merasakan kebahagiaan dengan datangnya nikmat Allah, terkadang juga manusia mengalami kesedihan dengan berbagai macam masalah atau ujian yang dihadapi. Silih berganti keduanya terus menyrlimuti manusia dalam menjalani kehidupan. Sepertinya tidak ada manusia yang secara terus menerus bahagia ataupun terus menerus dalam kesedihan atau duka. Semua yang terjadi pada manusia itu merupakan kehendak Allah.

 Pada hadits diatas kita dianjurkan untuk mengimani وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. Bahwa takdir Allah ada yang baik dan ada juga yang buruk. Maka sebagai hamba ketika mengimani tentang takdir Allah baik ataupun buruk dan tetap harus ridho karena itu semua adalah kehendak-Nya. Salah satu masalah yang sering meresahkan orang adalah apabila terjadi sesuatu yang tak terduga. Banyak orang berusaha mencapai apa yang diinginkan, dan berjuang keras untuk mendapatkannya atau mewujudkan impian tersebut. Namun terkadang hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita cita-citakan (ekspektasi). Tak sedikit kita yang menyalahkan diri sendiri, orang lain ketika hal seperti ini terjadi, bahkan sampai menyalahkan Allah. Tuhan yang maha mengetahui segala apa yang terbaik untuk hamba-Nya pun tak luput disalahkan.

Lantas apakah miskin atau kaya, susah atau senang, baik dan buruk sudah takdir Allah?

Kalau begitu apa gunanya iktiar manusia? Pertanyaan ini sering muncul ketika membahas masalah takdir Allah. Bahkan perdebatan tersebut sudah terjadi semenjak zaman dahulu kala sehingga memunculkan ilmu yang membahasnya secara tersendiri yaitu “ilmu kalam”.

Orang-orang dari golongan jabbariyah mempunyai pandangan bahwa manusia tidak punya kehendak sama sekali. Dengan pandangan demikian, mereka menghilangkan kehendak dan ikhtiar manusia. Sebaliknya, dari golongan qodariyah menganggap bahwa kehendak manusia mengalahkan daripada kehendak Allah. Sehingga perbuatan maksiat seorang hamba dianggap sebagai kehendak manusia yang mengalahkan kehendak Allah yang menghendaki kebaikan.

Dari keduanya tersebut tentu akan membuat kita berfikir tersesat jika mengikuti faham bahwa manusia tidak memiliki kehendak dan ikhtiar lagi, ataupun manusia memiliki kehendak sepenuhnya. Allah ta’ala berfirman:  

وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ (التكوير: ٢٩ 

Maknanya: “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS at-Takwir: 29)  

Dari ayat tersebut diartikan bahwa Allah menetapkan adanya kehendak pada diri hamba akan tetapi kehendak hamba itu di bawah kehendak Allah ta’ala. Keyakinan yang benar tiada lain adalah bahwa para hamba memiliki kehendak dan ikhtiar, akan tetapi kehendak mereka di bawah kehendak Allah. Jadi tidak ada satu pun yang mampu melakukan apa yang tidak Allah kehendaki terjadi sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh firman Allah dalam surat at-Takwir ayat 29 di atas (Nur Rohmad, 2022).

Dengan menyikapi seperti itu kita akan lebih mudah menerima apapun yang ditakdirkan oleh Allah setelah melakukan ikhtiar yang maksimal. Agar tidak mudah terjebak dalam kekecewaan dengan berbagai macam harapan kita, maka bisa dilakukan dengan memahami bahwa ada faktor-faktor yang dalam kendali kita, dan ada juga faktor lain yang diluar kendali kita.

Hadirin sidang jum’at rohimakumullah

Misalkan jika kita ditanya apakah kesuksesan yang kita capai saat ini adalah mutlak dari kita sendiri? Tentu jawabanya bukan, karena ada faktor eksternal lain yang mempengaruhi kesuksesan kita. Dengan cara bersikap seperti ini kita akan terbantu untuk menundukkan sikap angkuh/sombong kita. Atau sbaliknya, apabila kita mengalami kegagalan lantas apakah akan menyalahkan diri kita, orang lain atau Alllah? Tentu juga tidak, karena jika kita mampu memaksimalkan ikhtiar kita walaupun kita belum bisa bahagia dengan hasil yang dicapai, namun kita bisa bahagia dengan usaha/iktiar maksimal kita.

Sebagai contoh kita mengalami kesulitan atau kekurangan dalam ekonomi. Kita merasa gagal karena tujuan kita menginginkan menjadi seseorang yang kaya. Dengan bekerja dari pagi sampai sore bahkan siang malam, ternyata keadaan kita masih sama dan belum mampu membuat kita kaya. Jika kita hanya fokus melihat hasilnya maka kita akan terpuruk dalam kekecewaan dan penderitaan. Namun jika kita mampu melihat pada sisi lain yaitu iktiar/usaha kita yang bekerja dari pagi sampai sore bahkan siang malam, tentu kita akan mendapatkan kebahagiaan dari kerja keras kita yang sudah berjuang untuk menafkahi keluarga kita. Artinya kita bisa bahagia dengan proses yang telah kita kerjakan dengan maksimal dan tidak perlu ada yang disalahkan lagi, sehingga mempermudah kita dalam menerima hasil yang diberikan.

Misalkan sehat, kita hanya bisa mengusahakan untuk sehat dengan mengatur pola makan, pola pikir, olahraga dan sebagainya agar tetap sehat. Namun tidak selamanya juga tubuh kita tetap sehat dan terkadang juga jatuh sakit. Artinya kita hanya berkehendak sehat dan Allah yang menentukan sehat. Lantas apa gunanya kita menjaga pola makan, olah raga dan lainnya toh juga sama tetap sakit? Jawabannya kita sebagai hamba diberi amanah tubuh untuk dijaga dengan berbagai ikhtiar dan usaha. Jadi setidaknya disini ketika kita sudah menjalankan perintah Allah untuk menjaga amanah tersebut.

Hadirin sidang jum’at rohimakumullah

Demikianlah khutbah singkat pada siang hari ini, mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran untuk kita semua terkhusus untuk khotib untuk tetap ridho dengan takdir Allah yang baik ataupun yang buruk. Ketika ditakdirkan dengan berbagai kesuksesan tidak membuat kita anguh dan sombong dan jika ditakdirkan dengan berbagai macam ujian kita tidak mudah menyalahkan Allah. Dan semoga kita ditetapkan dalam keadaan iman hingga akhir hayat kita. Amin ya robbal alamin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن

َ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Posting Komentar