Khutbah Jum'at: Konsep Manusia dalam Alqur’an
Konsep Manusia dalam Alqur'an: Basyar, Ins, Insan dan Nas
اْلحَمْدُ للهِ. اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا
بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ
لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ
عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى
يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي
اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال
تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Karena itu, Khatib mengawali khutbah singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Manusia
sebagai salah satu makhluk yang hidup di bumi ini diantara makhluk-makhluk
lainnya. Kita sebagai manusia terkadang lalai terhadapa diri kita sendiri,
untuk itu pada kesempatan yang berbahagia ini sejenak kita akan menggali siapa manusia itu dalam perspektif
Alqur’an. Ini sebagai bagian upaya kecil kita untuk mengenal Tuhan kita melalui
mengenali diri kita sebagaimana ungkapan para sufi yang sering kita dengar “man
‘arofa nafsahu faqad ‘arafa robbahu/ siapa yang mengenali dirinya maka dia
mengenali Tuhannya”.
Lalu
pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita mengenali diri kita? Bukankah diri
ini sudah melekat dari kita hidup hingga saat ini. Tidak sedikit manusia yang
hidup hingga puluhan tahun namun tidak mengenali dengan dirinya sendiri. Sehingga
hidup hanya hidup tanpa tahu apa, mengapa, kemana kita hidup. Beberapa term
dalam alqur’an tentang manusia itu sendiri dijelaskan seperti basyar, ins,
insan, dan nas.
Pertama
Basyar adalah level fisik manusia atau yang disebut
jasmaniyah/jasadiyah. kata basyar merujuk pada mahkluk fisik atau biologis. Sebagai
basyar manusia hanyalah kumpulan dari organ-organ tubuh yang memiliki fungsi
fisiologis semata dan memiliki kaitan dengan tindakan-tindakan yang memerlukan
topangan organ-organ fisik. Secara fisik manusia dapat berubah, yaitu semakin
tua fisiknya akan semakin lemah dan akhirnya meninggal dunia. Secara biologis kehidupan
manusia terikat kepada kaidah-kaidah prinsip kehidupan biologis lain seperti
berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai
tingkat kematangan serta kedewasaan. Pada level basyar ini, manusia seyogyanya berupaya
untuk memenuhi dan mengelola kebutuhan fisik dan biologisnya secara benar
sesuai tuntunan Penciptanya.
Oleh
karena yang ditonjolkan pada kata basyar adalah pada aspek ini, mengindikasikan
bahwa manusia dalam pengertian basyar ini tidak memiliki kualitas kemanusiaan
yang menunjukkan kelebihan manusia yang satu atas yang lainnya. Pada level
inilah yang membuat iblis tidak mau sujud kepada manusia untuk mematuhi perintah Allah karena hanya berhenti
melihat pada aspek basyarnya saja;
tقَالَ لَمْ اَكُنْ لِّاَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهٗ مِنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍ
berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" (QS. Al Hijr [15]: 33)
jadi pada posisi ini kita harus menyadari bahwa secara
fisik kita semua memiliki kesamaan dan tidak patut untuk membanggakan atau menyombongkan
lebih baik dari manusia lainnya.
Ins merupakan
level manusia yang kedua, ins yang berarti jinak, jinak yang dimaksud adalah
manusia yang memiliki adab (beradab), bisa diatur, dan mau patuh kepada aturan. Salah satu ayat alqur’an
menyebutkan dalam QS Addzariyat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا
لِيَعْبُدُوْنِ
56. dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Ditinjau
dari pemakaiannya yang disebutkan secara bersama-sama dengan kata jinn, kata
ins mengacu pada makna jinak, yang berarti dapat dilihat dan ditangkap karena
memang diperlihatkan, karena makna kata "jinn" secara bahasa berarti
samar, tertutup dan tidak dapat ditangkap.
Ketiga Level insan merujuk pada akal budi
manusia. al-Insan dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi
yang positif untuk tumbuh serta berkembang secara fisik maupun mental
spiritual. Di samping itu, manusia juga dibekali dengan sejumlah potensi lain,
yang berpeluang untuk mendorong ia ke arah tindakan, sikap, serta perilaku
negatife dan merugikan. Di dalam manusia ada unsur Nathiq dan Aqil, nathiq
sebagai kemampuan berbahasa dan aqil adalah kekuatan berfikir - daya akal. Inilah
yang membuat manusia bisa taklif. Mendapatkan banyak fasilitas, karena level
inilah manusia nantinya akan mendapatkan hisab. Manusia diangkat menjadi
khalifah karena level insannya, bukan hanya basyarnya saja. Manusia
punya kewajiban dan tanggung jawab, secara vertikal dan horizontal. Tanggung
jawab vertikal manusia adalah sebagai abdullah, hamba Allah. Sedangkan tanggung
jawab horizontal manusia adalah sebagai khalifatullah sebagai pemimpin. Manusia
mempunyai tanggung jawab untuk mengelola alam semesta dan beribadah, mengabdi
pada Allah. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah mukallaf.
Level selanjutnya adalah Nas yaitu manusia
secara kolektif/umum. Yang berarti manusia berkelompok sebagai makhluk sosial
dan bersama-sama. Konsep al-Nas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia
sebagai makhluk sosial, Dalam alQur‟an kata al-Nas dipakai untuk menyatakan
adanya sekelompok orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan
(aktivitas) untuk mengembangkan kehidupannya. Penyebutan manusia dengan kata
Al-Nas tampak lebih menonjolkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak dapat hidup tanpa bantuan dan bersama-sama manusia lainnya. Tentunya
sebagai makhluk sosial manusia harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat.
Manusia harus hidup ber-sosial artinya tidak boleh sendiri-sendiri, karena
manusia tidak bisa hidup sendiri. Jika kita kembali ke asal mula terjadinya
manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan
berkembang menjadi masyarakat, ini menunjukkan bahwa manusia harus hidup
bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan. Inilah sebenarnya fungsi manusia
dalam konsep an-Naas.
Basyar harus kita kelola, jiwa kita yang jinak juga harus
dikelola, akal budi juga dikelola, begitu pula kehidupan kita dengan orang
lain, sebagai sesama manusia wajib dikelola karena kesemuanya itu adalah amanah
dari Allah. Kita mendapatkan tugas kekhalifahan untuk menggarap keempatnya
tersebut.
Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah agar
mampu mengemban amanat dari Allah yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya
sebagai ‘abdullah (hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala
aturan dan kehendak-Nya serta mengabdi hanya kepada-Nya) dan juga sebagai
khalifatullah.(berupa tugas terhadap diri sendiri, keluarga/rumah tangga, dalam
masyarakat dan tugas kekhalifahan terhadap alam.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ
تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن
َ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى
عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Posting Komentar