Golongan Manusia Ditinjau Dari Ibadah Shalat
Golongan Manusia berdasarkan Ibadah Shalatnya
Shalat
merupakan salah satu anugrah dari Allah yang sangat berharga bagi hamba-hamban-Nya. Karena begitu istimewanya
shalat, sehingga siapa yang mendapatkan shalat maka mereka mendapatkan sesuatu
yang berharga di dunia dan akhirat. Kewajiban tentang perintah shalat yang
diterima Nabi Muhammad SAW berbeda dengan perintah ibadah lainnya dimana Nabi
menerima perintah shalat melalui peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Beberapa
ulama yang mendakwahkan Islam pasti menyerukan tentang bagaimana istimewanya
shalat sehingga jangan sampai ditinggalkan. Saya mengutip pendapat Gus Baha dalam salah satu audio
youtube yang menyatakan bahwa salah satu kenangan yang dahsyat ketika kita
hidup di bumi ini adalah dimana ketika
seseorang pernah sujud (shalat) kepada Allah Swt.
Saking
pentingnya ibadah shalat tersebut maka tidak ada alasan untuk meninggalkannya
bagi seseorang yang telah memenuhi syarat. Jika seseorang tidak mampu shalat
dengan berdiri, maka ada rukhsah (keringanan) dengan cara duduk, dan
jika tidak mampu duduk maka bisa dengan berbaring, dan jika sudah tidak mampu
bergerak sama sekali dalam berbaring maka bisa dilakukan dengan isyarat saja.
Hal ini sangat jelas bagaimana kewajiban shalat yang tidak memberikan tawar
menawar lagi untuk tidak melaksanakannya dengan alasan apapun yang tidak
dibenarkan syari’at. Namun faktanya masih banyak sekali dikalangan umat Islam
yang masih bermasalah dengan ibadah shalatnya. Maka penulis mengutip pendapat
Abuya Imam Ashaari yang membagi golongan berdasarkan ibadah shalat dengan macam-macam
tingkatannya sebagai berikut:
- Golongan
umat Islam yang sudah tidak shalat bahkan banyak yang sudah tidak tahu cara
shalat. Golongan ini sudah menjadi kufur berdasarkan hadits.
- Golongan
umat Islam mengerjakan shalat secara jahil (tanpa ilmu). Golongan ini shalat
dengan bacaan yang tidak betul, tidak mengetahui syarat dan rukun, sah dan batalnya shalat, termasuk cara
bersuci sebelum mengerjakan shalat.
- Golongan
yang mengerjakan shalat dan faham tentang ilmu shalat, tetapi karena tidak
dapat melawan/mengendalikan nafsu, godaan dunia sehingga tidak istiqomah dalam
melaksanakan shalat. Kadang shalat dan kadang juga tidak, bila sempat mereka
shalat dan bila sibuk mereka meninggalkan shalat. Apabila mood shalat
dan ketika badmood shalatnya ditinggalkan. Golongan ini disebut sebagai
orang fasik.
- Golongan
yang mengerjakan shalat dengan ilmunya, namun dalam mengerjakan shalat tidak
khusyuk. Pikirannya tidak sepenuhnya shalat dalan terus mengingat perkara lain.
Golongan ini disebut sebagai golongan yang lalai dalam shalat.
- Golongan
yang senantiasa mengerjakan shalat seperti tarik ulur tali dalam mengingat
bacaan shalat. Silih berganti antara ingat dan lalai tetap terjadi walaupun
sebenarnya mereka tidak mau begitu. Gologan ini sebagai golongan yang lemah,
semoga ketika ingat dinilai sebagai ibadah dan ketika lalai diampuni Allah.
- Golongan
yang mengerjakan ibadah shalat dengan ilmmunya dan dapat berkonsentrasi dan
menumpukkan bacaannya di setiap perkataan dan lafazd yang diucapkan. Sehingga
pikirannya tidak memikirkan yang lainnya kecuali yang berkaitan dengan
shalatnya. Tetapi mereka tidak/belum mampu memahami setiap lafadz/bacaan
shalat. Mereka disebut sebagai golongan awamul muslimin.
- Golongan
yang mengerjakan shalat selain dengan ilmunya dan mampu berkonsentrasi, mereka
juga memahami makna setiap bacaan dalam shalat. Sehingga mereka dapat membuat
penumpuan di dalam shalat hingga tidak mengingat perkara lain di luar shalat.
Mereka disebut golongan orang soleh.
- Golongan
ini sama seperti yang nomor tujuh, namun mereka memiliki kelebihan selain
memahami bacaan shalat mereka juga menghayati setiap lafadz dan gerakan shalat.
Mereka disebut sebagai golongan orang Muqorrabin.
- Golongan
ini selain memahami setiap yang dibanca dalam shalat, mereka juga dapat
memikirkan dari jiwanya dengan sungguh-sungguh hingga asyik, tenggelam, dan
mabuk dengan Allah, baik mabuk itu takut dengan Allah atau mabuk rindu dengan Allah yang membuat diri dan alam
disekelilingnya tidak lagi disadarinya. Mereka disebut sebagai golongan orang Assiddiqin.
(Muhammad
At-Tamimi, 2009, hlm. 63–65).
Dari penggolongan tersebut kita dapat memahami tingkatan seseorang
dalam mengerjakan ibadah shalat. Hal ini bukan untuk dijadikan sebagai dasar
dalam menilai ibadah shalat orang lain, tetapi lebih bijak jika digunakan untuk
melihat dalam ibadah shalat kita kira-kira berada pada golongan nomor
berapa?. Karena yang berhak memutuskan untuk menerima
atau menolak ibadah shalat dari seorang hamba hanyalah Allah. Pada taraf
wilayah manusia kita hanya mampu melihat dari sisi hukum sah dan tidaknya
shalat berdasarkan fikih/syaria’at Islam.
Berdasarkan penggolongan di
atas juga kita akan menyadari kira-kira pada tingkat berapa shalat yang mampu
membangunkan iman, kesadaran bertuhan, penguat jiwa, membersihkan diri lahir
dan bathin dari kejahatan dan dosa, yang dapat melahirkan disiplin dalam
kehidupan, dan membangunkan akhlah yang karimah. Karena begitu banyak
pernyataan atau pertanyaan yang muncul kenapa shalat tetapi masih maksiat,
korupsi, ghibah, sombong, iri dengki dan lainnya. Mudah-mudahan ini menjadi
pelajaran untuk kita menyadari
kekurangan dan kelemahan ibadah shalat kita. Sehingga muncul usaha yang
terus menerus dilakukan untuk meningkatkan kualitas ibadah shalat kita.
Wallaahu a’lam Bisshawab.
Posting Komentar