Cara Allah Mengabulkan Do’a

Daftar Isi

Mengapa Do'a Saya Belum dikabulkan?

Manusia dengan berbagai masalah dan kebutuhan atau keinginannya seringkali melibatkan Allah sebagai tempat sandaran dengan bermunajat kepada-Nya. Dan seringkali ketika berdo’a belum terkabulkan mulai putus asa lalu menghentikan do’anya. Dalam Islam Allah sendiri berfirman menyuruh manusia untuk berdo’a dan Allah akan mengabulkan, Q.S Ghafir ayat 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Terjemahannya: Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Selain Ayat tersebut terdapat juuga dalam QS. Al-Baqarah ayat 186 yang sering menjadi pertanyaan seorang hamba untuk do’a itu pasti dikabulkan, mengapa do’a saya belum dikabulkan?

Gambar sekumpulan orang sedang berdo'a

3 Cara Allah Mengabulkan Do'a Hamba-Nya

Menurut Ibnu Abbas, aḍ-ahhak, dan Mujahid mengartikan ayat 60 pada Surat Ghafir “Tuhan kamu berfirman, ‘Beribadahlah kepada-Ku, niscaya Aku akan membalasnya dengan pahala’.” Menurut mereka, di dalam Alqur’an, perkataan do’a bisa pula diartikan dengan ibadah (Qur’an NU Online, 2024). Maka ketika do’a diartikan sebagai ibadah maka Allah pasti akan mengabulkan (membalasnya) dengan pahala. Berbeda dengan Prof. Quraish Shihab menurutnya perspektif sementara ulama berpendapat bahwa do’a akan dikabulkan dengan tiga cara:

  1. Dikabulkan sesuai dengan permintaannya.
  2. Dikabulkan dengan menggantinya dengan sesuatu yang lain yang lebih bermanfaat bagi si pemohon.
  3. Ditangguhkan pada hari kemudian, untuk diberi ganjarannya (Shihab, 2008, hlm. 284)

Pendapat di  atas seperti sabda Nabi Muhammad Saw “Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan suatu do’a yang tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturrahmi kecuali Allah akan memberikan 3 kemungkinan: ‘Bisa jadi Allah segerakan terkabulnya doa tersebut, atau Allah simpan baginya pahala di akhirat, atau Allah palingkan (selamatkan) ia dari keburukan (bencana/marabahaya) yang semisalnya. Para Sahabat berkata : ‘Kalau begitu kami akan memperbanyak doa’. Rasul berkata: Allah akan lebih banyak lagi (mengabulkan doa)”(H.R Ahmad). (Setyaningsih, 2021)

Hampir sama dengan pendapat Shihab, Imam Al-Baijuri di dalam kitabnya Tuhfatul Murȋd ‘alȃ Jauharatit Tauhȋd mengungkapkan bahwa dikabulkannya doa itu bisa dengan berbagai macam cara.

  1. Ada kemungkinan doa dikabulkan oleh Allah sesuai dengan permintaan dalam waktu segera. Hal ini bisa saja terjadi pada kita ketika memohon sesuatu kepada Allah maka dalam waktu dekat permintaan kita dikabulkan oleh Allah.
  2. Ada kemungkinan doa dikabulkan oleh Allah sesuai dengan permintaan namun tidak dalam waktu segera. Bisa diilustrasikan seperti seorang anak kecil yang meminta dibelikan sepeda motor oleh orang tuanya yang mampu. Namun orang tuanya menangguhkan sampai menunggu sang anak dewasa karena menghindari bahaya bagi seorang anak yang masih kecil untuk mengendarai sepeda motor. Contoh lain seperti seorang anak yang meminta makanan kepada orang tuanya dengan kondisi tangan kotor karena habis bermain. Maka orang tua belum memberikan makanan tersebut karena tangan sang anak masiih kotor, jika diberikan bisa saja berdampak negatif pada kesehatan anak. Makanan tersebut akan diberikan sampai tangan sang anak bersih. Jadi waktu pengabulan do’a oleh Allah juga mempertimbangkan waktu yang tepat untuk hamba-Nya.
  3. Ada kemungkinan doa dikabulkan oleh Allah tapi dalam bentuk yang lain, tidak sesuai dengan permintaan (Muttaqin, 2020). Contohnya ketika seseorang berdo’a agar lulus dalam seleksi beasiswa dalam pendidikan. Ketika pengumuman dikeluarkan ternyata hasilnya tidak lulus. Beberapa bulan berikutnya ternyata orang tersebut malah diterima bekerja pada perusahaan besar dan bisa membiayai pendidikan sendiri sekaligus keluarganya. Contoh lain ketika seseorang melamar pekerjaan di kantor A, ternyata belum diterima dikantor tersebut. Kemudian merasa sedih dan gelisah, dan ternyata bulan depannya mungkin diterima kerja dikantor B yang lebih besar lagi dan baik.

 

Ketika kita gagal dan merasa do’a kita tidak atau belum dikabulkan, lalu janganlah kita berputus asa, bisa jadi dikemudian hari baru sadar dan mensyukuri kalau Allah memberikan yang lebih baik dalam pengabulan do’an dengan bentuk yang berbeda. Sebagaimana menurut Fahruddin Faiz bahwa terkabulnya do’a tidak selalu sesuai dengan yang kita inginkan serta dalam  mengabulkan do’a Allah tidak hanya mengabulkan apa yang kita minta, tetapi memberikan waktu yang tepat bagi kita.

Jika do’a kita  belum dikabulkan dalam waktu segera atau waktu tidak segera, atau tidak diganti dengan yang lain, maka kita masih bisa tetap yakin dan husnudzon bahwa do’a itu adalah ibadah yang  pasti Allah kabulkan (dibalas dengan pahala) diakhirat kelak.  Disisi lain menurut Faiz ketika do’a belum terkabulkan, maka kita juga perlu  intropeksi diri mengapa do’a kita belum dikabulkan. Bisa jadi disebabkan ada hak orang lain yang kita pegang secara tidak sah, atau masih punya kesalahan kepada orang  lain yang masih menjadi ganjalannya sehingga menghalangi terkabulnya do’a (Faiz, 2020, hlm. 166).


Wallaahu a’lam Bishshawaab.


Posting Komentar