Artificial Intelligence (AI) Versus Manusia
Artificial Intelegnce (AI)/Kecerdasan Buatan Versus Manusia
Artificial Intelegnce (AI)/
Kecerdasan Buatan versus Manusia merupakan salah satu topik yang
menarik dan komprehensif untuk dibahas, baik dari dimensi kemampuan, batasan,
potensi, serta tantangan yang dihadapi oleh masing-masing pihak. Untuk itu
dalam tulisan ini akan dibahas beberapa elemen penting terkait kelebihan dan
kekurangan dari keduanya:
Kelebihan dan Kekurangan AI dan Manusia
1.
Kemampuan Kognitif:
- Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak, memecahkan masalah kompleks, dan memahami nuansa emosional dan sosial. Kemampuan ini juga didukung oleh intuisi dan pengalaman hidup yang mendalam, yang memungkinkan manusia untuk membuat keputusan berdasarkan konteks yang sangat luas.
- AI memiliki kemampuan yang luar biasa dalam memproses data dalam jumlah besar serta mengenali pola, dan membuat keputusan berdasarkan algoritma terutama AI model terbaru seperti GPT-4.
2.
Kreativitas
- Manusia diakui memiliki kemampuan untuk berinovasi, berimajinasi, dan menciptakan hal-hal baru. Bentuk ekspresi kreatif manusia dihasilkan dari proses pemikiran yang sangat kompleks, termasuk faktor budaya, pengalaman, dan emosi seperti seni, sastra, musik.
- AI sama seperti manusia yang dapat menghasilkan karya seni, musik, dan teks, tetapi proses kreatifnya lebih banyak mirip dengan pengolahan data yang sudah ada. Misalnya, AI mampu membuat lukisan yang indah atau menulis puisi, tetapi proses yang dilakukan tidak melibatkan perasaan atau pengalaman pribadi, yang merupakan elemen penting dari kreativitas manusia.
3.
Keterbatasan
- Manusia mekipun memiliki daya untuk beradaptasi dan fleksibilitas yang tinggi, namun memiliki keterbatasan dari sisi fisik dan kognitif. Kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang optimal dapat dipengaruhi oleh faktor seperti kelelahan, bias, dan masalah keterbatasan ingatan.
- AI dapat mengolah data dalam jumlah besar dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada manusia tanpa terpengaruh oleh kelelahan atau emosi. Namun, AI hanya bergantung pada kualitas data, jadi jika datanya bias atau tidak lengkap maka hasilnya pun bisa dan keliru. Selain itu, AI tidak dapat menangani situasi yang tidak terstruktur atau yang membutuhkan pertimbangan moral.
4.
Interaksi Sosial dan Emosional
- Manusia memiliki kelebihan dalam kemampuan untuk berempati, berinteraksi dengan sesama, dan memahami perasaan orang lain. Komunikasi manusia tidak hanya melalui kata-kata, tetapi juga menggunakan isyarat nonverbal dan menyesuaikan dengan konteks sosial.
- AI dapat diprogramkan untuk memahami dan merespons emosi manusia dalam situasi tertentu, tetapi responsnya tidak berdasarkan perasaan atau pengalaman nyata. AI tidak dapat merasakan atau memahami secara mendalam emosi seseorang. Misalnya, AI mungkin dapat mengenali kata-kata seperti "sedih" atau "senang" dalam teks, tetapi ia tidak bisa mengetahui apakah seseorang merasa cemas karena masalah pekerjaan atau karena peristiwa pribadi yang lebih mendalam.
5.
Keputusan Etis
- Manusia saat membuat keputusan memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan nilai-nilai moral, budaya, dan etis. Dalam hal sosial dan kemanusiaan, komponen ini sangat penting.
- AI beroperasi menggunakan algoritma, sehingga seringkali tidak dapat sepenuhnya memahami masalah etis yang dihadapi manusia. Meskipun AI dapat dilatih untuk mengikuti prinsip etis tertentu, seperti ketika digunakan dalam bidang medis atau hukum, keputusan AI belum tentu dapat menggantikan pemikiran moral manusia yang lebih mendalam.
Beberapa pembahasan di atas merupakan hasil penulis mengolah data
menggunakan AI. Dan ternyata ada beberapa catatan penting dari perbedaan
keduanya; Pertama bahwa manusia memiliki kelebihan berkaitan dengan emosi,
etika, moral, dan budaya. Sedangkan AI memiliki kelebihan dalam memproses data
dengan jumlah yang besar dan kecepatan yang lebih tinggi dari pada manusia.
Kedua, manusia memiliki keterbatasan dalam hal kognitif dan fisik seperti
kelelahan dan daya penyimpanan (ingatan) terbatas, sedangkan AI memiliki
keterbatasan dalam hal memahami emosi seseorang secara mendalam.
Seperti yang dinyatakan Zaki Mubarok terkait dengan perbedaan
karakter antara AI dan manusia. Beberpa
perbedaan tersebut pertama hati (emosi), manusia bisa merasakan perasaan manusia lainnya
sedangkan AI belum memiliki dan masih dalam proses pengembangan, kedua
rasa, manusia bisa berinteraksi
dengan konteks dan kondisi yang berlaku saat itu sesuai perbedaan rasa antara
satu dengan lainnya sedangkan rasa yang dimunculkan AI cenderung sama, dingin,
dan stuck. Ketiga
karakter, manusia memiliki karakter (akhlak, tabiat, sikap, attitude,
behavior) sedangkan AI karakter terbatas sesuai penginputnya (manusia) bisa
baik dan buruk. Keempat Intelegensi (otak/prosesor, saraf/RAM,
otak limbic/memori), manusia tidak bisa atau lambat di upgrade,
daya ingat relative dalam jangka waktu yang lama bisa ingat bisa tidak
sedangkan AI bisa di upgrade dengan cepat, dalam konteks penyimpanan
data (konten ilmu) lebih lama dan hebat. Kelima hidup,
manusia hidup dengan energy Tuhan sedangkan AI hidup dengan energy listrik (Mubarak,
2018a, hlm. 79–86).
Kolaborasi; Manusia Bedamai dengan AI
Manusia
dan AI harus dilihat sebagai mitra, bukan pesaing. AI dan manusia memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dari keduanya jika disatukan
akan menghasilkan hal yang luar biasa, sedangkan kekurangan dari masing-masing
tersebut dapat untuk saling menutupi. Jika terjadi kerja sama antara manusia
dan AI dalam beberpa bidang akan mewujudkan hasil yang luar biasa, seperti
dalam bidang kesehatan dokter manusia dapat membuat keputusan akhir yang
mempertimbangkan konteks sosial dan emosional pasien, sementara AI dapat
membantu menganalisis data medis dan mengidentifikasi pola penyakit.
Namun
perlu disadari juga bahwa tantangan dan resiko yang muncul juga cukup kompleks.
Seperti adaptasi manusia terhadap kemajuan teknologi dalam hal pendidikan,
pekerjaan merupakan masalah utama saat ini. Selain itu, ada masalah etika yang
terkait dengan penggunaan AI, seperti privasi dan pengawasan massal. AI sendiri
juga menimbulkan tantangan dan resiko bagi manusia seperti potensi efek
sosialnya, seperti hilangnya beberapa pekerjaan yang disebabkan oleh
otomatisasi yang memungkinkan akan menambah jumlah pengangguran. disisi lain AI
juga memunculkan pekerjaan-pekerjaan baru yang dapat dimanfaatkan oleh manusia
misalnya konten kreator.
Jadi
mau tidak mau dalam kehidupan modern saat ini manusia hidup berdampingan dengan
AI. Sekuat apapun manusia menolaknya AI
tetap akan memasuki sendi-sendi berbagai sisi kehidupan manusia. Untuk berdampingan dengan AI maka manusia membutuhkan upgrade
skill secara kontinu seiring dengan perkembangan-perkembangan teknologi
itu sendiri.
Namun
AI sendiri harus dipandang sebagai hasil inovasi dan pengembangan pengetahuan
serta teknologi oleh manusia. AI disikapi dengan tidak terlalu diagung-agungkan
sehingga menghilangkan sisi kemanusiaan itu sendiri. Meskipun AI dapat membantu
manusia, ia tidak dapat menggantikan aspek manusiawi seperti kreativitas,
emosi, dan etika yang berasal dari pengalaman hidup. Sebaliknya, dengan
pengawasan dan pengendalian yang tepat, manusia dapat memanfaatkan AI sebagai
alat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berbagai bidang.
Posting Komentar